salamun 'alaik....
entry kali nie kiter nak citer sket naper Allah bagi kiter sakit erk??? seringkali kiter dengar orang mengeluh, "kenapalah asyik aku jer yg sakit ni??? "bilalah sakit aku ni nak sembuh???" "kenapalah itu??mengapakah ini??? & macam2 lagilah, sampai terkadang bunyinya jer da macam menyalahkan takdir yang Allah da tentukan tuk kiter... kenapa tidak tuk kiter cuba muhasabah balik diri kiter nie, kenangkan balik dosa2 yang telah lalu, mungkin dari sakit tu Allah nak tunjuk kat kiter yang kiter ni da mula leka & lalai dalam menjalankan perintahNya, mungkin kiter terlupa dan terlepas pandang sedikit lantaran masa yang mencemburui kiter saban waktu, tapi cuba ambil hikmah yang terdapat dalam kesakitan yang Allah da bagi mungkin DIA cuba bagi kiter kesempatan tuk kiter menjahit kembali sejadah iman kiter yang terkoyak, tercarik agar kesempatan tersebut dapat kiter manfaatkan sewajarnya... hmmm, jom kiter tengok apa antara hikmahnya sakit yang Allah bagi tu, xkira lah sakit dari sudut fizikalnya, emosi (tekanan perasaan, stress & dll) apa2 pun muga kiter kembali mengenal diri, mengenang dosa2 yg lalu & perbaikinya...
*sekadar ingatan untuk diri ini juga!!!
1. Mendidik dan menyucikan jiwa dari keburukan.
Allah Ta'ala berfirman, ertinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebahagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy Syura: 30)
Dalam ayat ini terdapat khabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi S.A.W bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seseorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.”
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Cubaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” Sebahagian ulama salaf berkata, “Kalau bukan kerana musibah-musibah yang kita alami di dunia, nescaya kita akan datang di hari kiamat dalam keadaan pailit.”
2. Mendapatkan kebahagiaan (pahala) tak terhingga di akhirat.
Itu merupakan balasan dari sakit yang dideritai sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Rasulullah bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi orang kafir.” Dan dalam hadis lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan). At Tirmidzi meriwayatkan dari Jabir secara marfu’, ”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dicabik-cabik ketika di dunia kerana iri melihat pahala orang-orang yang ditimpa cubaan.”
3. Allah dekat dengan orang sakit.
Dalam hadis qudsi Allah berfirman: ”Wahai manusia, si fulan hamba-Ku sakit dan engkau tidak membesuknya. Ingatlah seandainya engkau membesuknya nescaya engkau mendapati-Ku di sisinya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah)
4. Sebagai parameter kesabaran seorang hamba.
Sebagaimana dituturkan, bahwa kalau seandainya tidak ada ujian maka tidak akan nampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.
Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadis secara marfu’, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cubaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cubaan. Barang siapa yang redha atas cubaan tersebut maka dia mendapat keredhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah.”
Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam kalangan orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap redha maka ia akan ditulis dalam kalangan orang-orang yang redha. Dan jikalau memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengurniakan sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya. Rasulullah bersabda, “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga).”
5. Dapat memurnikan tauhid dan memautkan hati kepada Allah.
Wahab bin Munabbih berkata, “Allah menurunkan cubaan supaya hamba memanjatkan do’a dengan sebab bala itu.” Dalam surah Fushilat ayat 51 Allah berfirman, ertinya, “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.”
Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah (inabah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita. Apabila seseorang ditimpa musibah baik berupa kefakiran, penyakit dan lainnya maka hendaknya hanya berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah saja sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ayyub A.S yang berdoa, “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya, ”(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (QS. Al Anbiyaa :83)
6. Memunculkan berbagai macam ibadah yang menyertainya.
Di antara ibadah yang muncul adalah ibadah hati berupa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah menjauhkan diri dari kesesatan. Amat banyak hamba yang setelah di timpa sakit ia mahu memulai bertanya persoalan agamanya, mulai mengerjakan solat dan berbuat kebaikan, yang kesemua itu tak pernah ia lakukan sebelum menderitai sakit. Maka sakit yang dapat memunculkan ketaatan-ketaatan pada hakikatnya merupakan kenikmatan baginya.
7. Dapat mengikis sikap sombong, ujub dan besar kepala.
Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, mengeluarkan berbagai kotoran, bau tak sedap,dahak dan terpaksa harus lapar, kesakitan bahkan mati, maka ia tak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya. Dia tak akan mampu menguasai kematian, terkadang ia ingin mengetahui sesuatu tetapi tak kuasa, ingin mengingat sesuatu namun tetap saja lupa. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk dirinya, demikian pula orang lain tak mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri di hadapan Allah dan sesama manusia?
8. Memperkuat harapan (raja’) kepada Allah.
Harapan atau raja’ merupakan ibadah yang sangat utama, kerana menyebabkan seorang hamba hatinya tertambat kepada Allah dengan kuat. Apalagi pada penderita sakit yang telah sekian lama berubat kesana kemari namun tak kunjung sembuh. Maka dalam kondisi seperti ini satu-satunya yang jadi tumpuan harapan hanyalah Allah semata, sehingga ia mengadu: “Ya Allah tak ada lagi harapan untuk sembuhnya penyakit ini kecuali hanya kepada-Mu.” Dan banyak terbukti ketika seseorang dalam keadaan kritikal, ketika para doktor sudah angkat tangan namun dengan permohonan yang sungguh-sungguh kepada Allah ia dapat sembuh dan sihat kembali. Dan ibadah raja’ ini tak akan wujud dengan utuh dan sempurna jika seseorang tidak dalam keadaan kritikal.
9. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ bahwa Rasulullah bersabda, ”Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya sarat dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sihat.
10. Allah tetap menulis pahala kebaikan yang biasa dilakukan oleh orang yang sakit.
Meskipun ia tidak lagi dapat melakukannya atau dapat melakukan namun tidak dengan sem-purna. Hal ini kerana seandainya ia tidak terhalang sakit tentu ia akan tetap melakukan kebajikan tersebut, maka sakinya tidaklah menghalangi pahala meskipun menghalanginya untuk melakukan amalan. Hal ini akan terus berlanjutan selagi dia (orang yang sakit) masih dalam niat atau janji untuk terus melakukan kebaikan tersebut. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah S.A.W, ”Tidak seorangpun yang ditimpa bala pada jasadnya melainkan Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk menjaganya, Allah berfirman kepada malaikat itu, “Tulislah untuk hambaKu siang dan malam amal soleh yang (biasa) ia kerjakan selama ia masih dalam perjanjian denganKu.”
11. Sakit dapat menghantarkan ke manzilah (kedudukan) tertentu di Syurga.
Terkadang seorang hamba memiliki manzilah di Syurga, akan tetapi amalnya tidak dapat mengantarkannya ke sana maka Allah menimpakan kepadanya berbagai ujian secara bertubi-tubi sehingga sampailah ia kepada manzilah tadi, sebagaimana dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh imam Ibnu Hibban dari Abu Hurairah.
12. Dengan sakit akan diketahui besarnya makna sihat.
Jika seseorang selalu dalam keadaan sihat maka ia tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cubaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba sakit, ia ingin agar bisa segera pulih sebagaimana kondisi semula ketika sihat, sebab setelah sakit itulah ia akan tahu apa ertinya sihat.
Hendaknya seorang hamba bersabar dan memuji Allah ketika tertimpa musibah, sebab walaupun ia sedang sakit maka tentu masih ada orang lain yang lebih parah, dan jika tertimpa kefakiran maka pasti ada yang lebih fakir lagi. Hendaknya ia melihat sakit yang diderita dengan nikmat yang telah diterima dan dengan memikirkan faedah dan manfaat dari sakitnya. Dalam urusan agama seseorang harus memandang yang diatasnya agar tidak merasa bahwa dirinyalah orang yang terbaik, sedang dalam urusan dunia ia harus memandang orang yang ada di bawahnya agar menimbulkan rasa syukur dan melahirkan pujian kepada Allah.
13. Bagi seorang hamba (muslim) sakit merupakan rahmat bukan siksa.
Firman Allah, artinya. “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. an Nisaa:147)
Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengenal Allah dan hikmahNya, meskipun demikian Allah tetap menyayanginya kerana itu semua disebabkan ketidak tahuan, kelemahan dan kekurangannya.
p/s>> muga dapat kiter manfaatkan bersama..=)
No comments:
Post a Comment